“Miss, apa benar tubuh kita terdiri dari air?”
“Miss Mei, mengapa air sangat penting bagi kehidupan?”
Manfaat Air Bagi Kehidupan
Suara anak-anak berebutan untuk menanyakan materi yang sedang saya ajarkan. Siang itu memang sedang berlangsung pelajaran tematik di kelas 5 SD, kebetulan temanya adalah tentang “Manfaat Air Bagi Kehidupan Manusia, Hewan, dan Tumbuhan”.
Sebelum menjawab pertanyaan mereka, saya mulai dulu dengan materi sederhana tentang air supaya mereka mengerti. Saya jelaskan pada mereka bahwa ada 2 hakikat penting mengenai air yaitu pertama “Air sebagai Sumber Kehidupan” dan yang kedua “Air sebagai Tanda Adanya Kehidupan”.
Semua makhluk hidup di dunia ini memerlukan air untuk hidup, makanya air disebut sumber kehidupan. Sedangkan tanda adanya kehidupan adalah selama di dalam tubuh makhluk hidup tersebut ada air, berarti masih ada “kehidupan” pada makhluk tersebut.
Saya pun mencoba mengajak anak-anak diskusi dengan memberikan pertanyaan untuk memancing rasa keingintahuan mereka tentang air. Pertanyaan yang saya lontarkan adalah apa saja manfaat air bagi manusia, bagi hewan, dan tumbuhan. Riuh rendah suara anak-anak membuat suasana diskusi siang itu jadi makin seru.
“Air dipakai buat minum, mandi, dan memasak, Miss” ungkap salah satu murid saya.
“Air dipakai untuk menyiram tanaman supaya tidak layu atau mati, Miss.” lanjut murid satunya.
“Air dipakai untuk minum binatang biar tidak kehausan, Miss” terang murid satunya lagi.
Benar sekali, ada banyak manfaat air bagi kehidupan makluk hidup di dunia ini, seperti: memenuhi kebutuhan cairan tubuh (baik manusia, hewan, maupun tumbuhan), untuk mandi atau membersihkan diri, membantu pekerjaan rumah tangga, untuk industri, peternakan, mengairi sawah, pemadam kebakaran, sarana rekreasi, dan lain sebagainya.
Apalagi di bumi ini sebagian besar terdiri dari perairan, otomatis banyak makhluk hidup yang bergantung pada air tersebut untuk menjalankan aktivitas sehari-hari. Materi pelajaran tematik kemarin pun saya akhiri dengan menjelaskan “Siklus Air”.
Bahaya Krisis Air
Tapi …..
Perubahan iklim membuat ketersediaan air bersih menjadi menurun. Perubahan iklim ini juga berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat. Dilansir dari laman ditjenppi, kenaikan suhu bumi tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi tetapi juga mengubah sistem iklim yang mempengaruhi berbagai aspek pada perubahan alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian dan ekosistem wilayah pesisir (1).
Ditambah lagi bahwa tidak semua air yang ada di dunia ini bisa dimanfaatkan. Data yang saya baca dari situs wikipedia menerangkan bahwa 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara (2). Jadi bisa dibayangkan betapa minimnya suplai air bersih di dunia ini.
Baru-baru ini saya mendengarkan siaran talkshow Ruang Publik dari Kantor Berita Radio (KBR) serial perubahan iklim episode 2 dengan tema “#AiruntukKehidupan”. Dijelaskan oleh Mas Don Brady (selaku host) bahwa ketersediaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara bakal semakin langka hingga tahun 2030. Sementara itu prediksi krisis air mengancam hampir 10% wilayah di Indonesia atau setara dengan dua kali luas pulau Jawa. Badan Kesehatan WHO juga menyebutkan jika krisis air ini merupakan dampak terjadinya perubahan iklim ekstrim.
Dampak perubahan iklim |
Ditambah lagi bahwa tidak semua air yang ada di dunia ini bisa dimanfaatkan. Data yang saya baca dari situs wikipedia menerangkan bahwa 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara (2). Jadi bisa dibayangkan betapa minimnya suplai air bersih di dunia ini.
Baru-baru ini saya mendengarkan siaran talkshow Ruang Publik dari Kantor Berita Radio (KBR) serial perubahan iklim episode 2 dengan tema “#AiruntukKehidupan”. Dijelaskan oleh Mas Don Brady (selaku host) bahwa ketersediaan air di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara bakal semakin langka hingga tahun 2030. Sementara itu prediksi krisis air mengancam hampir 10% wilayah di Indonesia atau setara dengan dua kali luas pulau Jawa. Badan Kesehatan WHO juga menyebutkan jika krisis air ini merupakan dampak terjadinya perubahan iklim ekstrim.
Sebenarnya ada banyak faktor yang menyebabkan kekeringan yang mengancam saat ini, seperti penggunaan air tanah yang berlebihan, curah hujan yang menurun, minimnya daerah resapan, maupun karena global warming yang memang sedang banyak diperbincangkan. Nah bahaya kekeringan inilah yang menjadi konsen utama para aktivis air yang seharusnya diikuti masyarakat untuk mengubah perilaku penggunaan air.
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air (KRuHA), Mas Muhammad Reza sebagai narasumber acara talkshow Ruang Publik menyebutkan bahwa air menjadi krisis karena adanya ketidakdisiplinan dalam penggunaannya dan ketidakadilan air yang lebih kepada kesalahan manajemen serta kebijakan pemerintah dalam pengelolaan air.
Disebutkannya lagi bahwa di Indonesia sendiri sebenarnya memiliki curah hujan yang cukup tinggi, bahkan jatah airnya 9x lipat dari rata-rata dunia. Tetapi yang membuat miris justru masih ada 119 juta jiwa di Indonesia yang tidak dapat mendapatkan akses air dan sanitasi sehingga dampaknya menyebabkan banyaknya penyakit yang membunuh.
Di alam sendiri, air yang bisa digunakan manusia jumlahnya sangat terbatas. Masih ada beberapa daerah yang kekurangan air namun di sisi lain ada juga daerah yang jika terjadi hujan maka akan timbul banjir dan bencana lainnya. Sayangnya, semua hal tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan iklim semata melainkan karena ulah manusia yang secara terang-terangan mengekploitasi secara berlebihan terhadap sumber air tanah yang ada.
Hal ini tentu saja menjadi PR besar buat seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah untuk fokus dengan rentannya krisis air di Indonesia. Ada banyak hal yang tentu saja bisa kita lakukan untuk mencegah kekeringan ini dengan menggunakan air dengan sebaik-baiknya.
Kekeringan Tanggung Jawab Bersama
Sejalan dengan penjelasan Mas Muhammad Reza, ada Cak Purwanto dari Kelompok Masyarakat Peduli Air dari Yayasan Air Kita Jombang, Jawa Timur, yang juga memiliki cara untuk menyelesaikan persoalan “Kekeringan dan Pelestarian Air” ini. Kebetulan Yayasan Air kita ini merupakan lembaga nonprofit yang bergerak di bidang agama, sosial, pendidikan nonformal bagi anak, dan kesenian yang tujuannya untuk mensosialisasikan pelestarian air, khususnya air hujan dan juga cara menampung air hujan yang benar.
Selain mensosialisasikan pentingnya pelestarian air dan lingkungan, Cak Purwanto beserta komunitasnya juga menyusun kegiatan positif untuk mengatasi kekeringan ini dengan berbagai cara seperti:
1. Mendirikan kelompok Republik Air Indonesia: kelompok pelestarian air dan lingkungan, melalui wayang beber (kesenaian) yang merupakan wadah bagi anak-anak untuk memberikan edukasi tentang bagaimana cara melestarikan air.
2. Membuat Festival Sholawatan Air Hujan (kebudayaan) yang membuka peluang untuk berkumpul dengan berbagai elemen masyarakat untuk menyuarakan pentingnya pelestarian air dari sumber mata air maupun dari air hujan dengan sebaik-baiknya.
Talkshow Ruang Publik dari KBR tersebut sontak mengingatkan saya pribadi untuk senantiasa melakukan tindakan penghematan air, mengingat ancaman kekeringan yang semakin nyata sekarang ini. Karena keberadaan air sangatlah penting dan apabila kita menggunakan secara berlebihan maka menyebabkan ketersediaan air yang semakin langka.
Tips Menghemat Air
Langkah sederhana yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi bahaya kekeringan adalah sebagai berikut:
1. Mematikan keran jika tidak sedang digunakan.
Matikan keran saat sedang menggosok gigi, mandi, dan mencuci piring, itu akan menghemat air dibanding membiarkan keran terus terbuka sehingga air mengalir dengan sia-sia.
2. Memanfaatkan air hujan.
Siapkan wadah tampungan air hujan sehingga airnya bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman, membersihkan teras maupun halaman rumah.
3. Mencuci peralatan makan, sayuran, atau buah dengan wadah.
Hal ini dilakukan untuk menghemat air dibandingkan mencuci di bawah keran yang terus-terusan mengalir.
4. Memanfaatkan air buangan.
Air sisa cuci beras bisa dipakai untuk siram tanaman, atau air bilasan pakaian bisa dipakai untuk mencuci sepeda.
5. Segera ganti keran yang bocor.
Air akan terbuang percuma bila keran bocor, maka sebaiknya segera perbaiki atau bila belum sempat maka tampunglah airnya.
6. Gunakan sedikit deterjen.
Saat mencuci pakaian tidak perlu memakai deterjen secara berlebihan sehingga saat membilas tidak membutuhkan banyak air.
7. Gunakan air seperlunya.
Jika kendaraan tidak terlalu kotor maka cukup dilap saja, tapi bila sudah sangat kotor baru dicuci pakai air.
8. Siram tanaman pagi dan sore hari.
Karena apabila menyiramnya di siang hari maka air akan cepat menguap.
9. Gunakan pancuran air.
Pancuran air memiliki selang yang bisa kita atur volume airnya, daripada menggunakan gayung yang menghambur-hamburkan air.
10. Lunakkan makanan beku dengan merendamnya dalam mangkuk.
Hal ini lebih efisien daripada harus mengalirkan air yang banyak agar makanan jadi melunak.
11. Gunakan ember saat mencuci.
Mencuci baju atau kendaraan akan lebih hemat jika airnya ditampung di ember daripada memakai selang tanpa memperhatikan penggunaanya.
Tips sederhana di atas dapat kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari. Karena ingat, ketidakdisipilanan kitalah yang menyebabkan salah satu faktor kekeringan saat ini. Air bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Semoga dengan upaya sederhana ini kita bisa membantu menangani kekeringan atau krisis air, baik sekarang maupun di hari yang akan datang. Amin.
Jadi, kalau ditanya siapa yang bertanggung jawab terhadap krisis air jawabannya adalah KITA SEMUA. Ya, seluruh lapisan masayarakat (pemerintah maupun individu) bertanggung jawab penuh terhadap keberlangsungan air untuk kehidupan.
***
Sumber 1: http://ditjenppi.menlhk.go.id/ (Dampak dan Fenomena Perubahan Iklim)
Sumber 2: https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_air (Sumber Daya Air)
Salam,
Salam,
@meifariwis
Saya sudah berbagi pengalaman soal climate change.
Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Climate Change"
yang diselenggaraakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis".
Syaratnya, bisa Anda lihat di sini: https://bit.ly/LombaBlogPerubahanIklimKBRIxIIDN
agak serem sih liat berita tentang kekeringan ini. kebetulan aku punya beberapa teman yang keluarga petani, kalau musim kemarau, lahannya sampe retak-retak gitu, padahal mata pencaharian mereka cuma bertani. Harapannya sih semoga lebih banyak yang nyadar dan mau menghemat air untuk kepentingan bersama dan untuk keberlangsungan anak cucu di masa depan
BalasHapusYa ampun sedih banget ya mbak kalau sampai kekeringan efeknya juga buat petani sangat fatal. Yup kita emang harus hemat air biar kelak anak cucu bisa melangsungkan hidup
HapusBeneran saya udh 2x mengalami krisis air gara2 pipa pdam bocor akibat tiang pancang. Baru segitu aja sya udh panik karena trnyata air itu vital sekali utk kita sehari2. Akhirnya sya skrng berusaha tidak boros air
BalasHapusWah aku juga pernah ngerasain gimna saat pdam belum masuk ke perumku, sengsara hahaha, iya ga boleh boros ya mba
HapusAku tipe orang yang hemat listri dan air mba. Apalagi sebentar lagi udah mulai musim kemarau. Aku itu makin deg-degan mba. Soalnya aku pernah di rumah nggak ada air saking kekeringannya dan daerah deket aku ketika hujan malah kebanjiran. Aduh tinggal di kota besar itu suka bikin aku ga tenang. Soalnya penyerapannya kurang. Jadi mempengaruhi iklim dan mempengaruhi kehidupan juga. Soal perubahan iklim itu bikin aku merinding mba. Klo kita kesulitan air gimana dong.
BalasHapusToss mba, aku juga hemat nih karena air agak susah, iklim sama perilaku manusia kan pengaruh juga
HapusMau nampung air hujan ah kayak saran Mba Mei. Dulu kl gak salah juga ibu saya sedia ember pas huja. Kata beliau lumayan buat stok air penyiram tanaman. Perlu dilanjutkan nih, Tfs Mbak
BalasHapusIya mba, air hujan lumayan buat cuci sepeda atau siram tanaman ya
HapusKalo mati listrik saya masih bisa tahan.. tapi kalo sampe krisis air rasanya repot banget Mba.. susah bener rasanya hidup kita .
BalasHapusSedari dini, aku menerapkan hemat air ke anak-anak di rumah, biar terbiasa .kadang aku memberikan gambar anak Afrika yang sedang minum air kubangan supaya mereka empati dan berhemat
wah iya kalau mati air hadoooow tidak bisa kubayangkan, menderita sekali ya mba
HapusKemarin pernah merassakan seminggu air PDAM tidak menyala. Ya Allah, rasanya susah sekali bahkan beli air galon buat wudhu dan BAB/BAK. Jadi semenjak kejadian itu kami sekeluarga terutama anak-anak lebih menghargai air. Karena kalau sudah krisis bakalan susah ya mbak
BalasHapuskrisis air ini membayangi kita ya kak karena perubahan iklim akibat ulah manusia juga sepertinya kita harus menjaga alam dng baik agar anak cucu kita bisa menikmati ketersediaan air tawar untuk keberlangsungan hidupnya
BalasHapusMemang air itu banyak dipakai di kehidupan, mesti hemat2 pakai air demi masa depan anak2 kita juga. Tips hemat airnya juga bermanfaat nih karna beberapa ada yang tak terpikirkan olehku.
BalasHapusSebagai ibu-ibu, tentu saya sering ngomel kalau suami atau anak lupa matiin keran. Walau hal tersebut sepele, tapi kalau dilakukan semua rumah misalnya tentu akan jadi hak besar juga kan. Dari artikel ini juga jadi ingat masa kecil dulu, sebelum ada air kemasan saya minumnya air hujan yang direbus, Alhamdulillah ga ada sakit perut.
BalasHapusAku ngerasain banget mba kalo air lagi gak ada, apalagi di musim kering. Di Bali apa lagi, sekarang setiap rumah ada kolam renang. Bahkan hotel bintang lima itu tiap suite ada kolam renangnya. Ini juga sangat boros air. Kita semua bertanggung jawab untuk mengajarkan anak-anak kita cara berhemat air, supaya kelak waktu dewasa disiplin.
BalasHapusSaya juga punya 3 ember tadah hujan, Mbak. Untuk bersihin teras dan siram tanaman dalam green house sederhana kami.
BalasHapusHemat air, atau krisis air adalah tanggung jawab kita bersama. Mulai dari rumah tangga.
Aku nih tipikal orang yang suka bawel kalau air dibuang2 atau listrik yg nyala tapi gak dipake. Sbnrnya salah satu solusi kekeringan itu saat hujan kita tampung airnya. Ada tuh rumah hujan di Yogya yg bergiat memanfaatkan air hujan.
BalasHapusAir itu sumber kehidupan. Ga tau lah mesti bagaimana kalau ga da air.
BalasHapusBener-bener harus hemat2 pakai air demi masa depan anak2 kita semua. Tips hemat airnya juga bermanfaat banget nih mba
duh, nggak kebayang nih kalo nggak ada air ya miss. nggak hidup kita, huhu..
BalasHapusmakasih loh miss udah ngingetin kita buat selalu hemat pemakaian air.
salam kenal miss mei :D