Kapan hari saya main ke rumah teman lama, sengaja bersilaturahmi karena memang udah jarang banget ketemu. Kami nostalgia masa lalu saat masih satu kerjaan. Teman saya ini resign karena memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga.
Singkat cerita, entah ngobrolin apa ya saya juga lupa, teman saya nyeletuk “Ya nih ibuku nggak pernah ke sini kalau pagi, jadi cuma bisa nengokin cucu kalau malam hari aja.” Wajar sih soalnya ibu teman saya ini punya usaha rumah makan padang, jadinya waktu pagi sampai sore dipakai untuk jaga warung.
Teman saya lanjut cerita, “Mau gimana lagi, kalau ibu nggak kerja ntar aku nggak dikasih duit buat makan dong.” Saya hanya diam karena masih berusaha mencerna kata-katanya. “Lha kan kamu udah punya suami, kenapa masih diberi uang sama ibu kamu?” akhirnya saya tanya karena penasaran, hahaha.
“Suami emang kerja, tapi kan kebutuhan semakin meningkat, lagian kerjaan suami juga nggak pasti makanya sampai sekarang aku masih dibantu ibuku.” Oh oke, saya nggak berani nanya-nanya lagi.
Beda lagi dengan si A, suami kerja tapi nggak perlu pusing-pusing mikirin apa itu kredit mobil, apa itu KPR rumah, bahkan sekolah favorit anak sekalipun, karena ya semua udah dijamin sama mertua. Dijamin di sini maksudnya setelah menikah emang udah dapat warisan rumah dan mobil gitu. Kalau untuk urusan sekolah anak, ya kan punya cucu kesayangan jadinya apa-apa dikasih deh.
Si B juga demikian, pernah dia cerita kalau gaji bulanannya selalu full ditabung. Wow keren sekali pikirku. Ternyata doi juga masih dapat jatah bulanan dari mamanya. Gaji suami cukup untuk biaya makan sehari-hari dan cicilan mobil. Lainnya udah disupport mertuanya, makanya gaji istri bisa ditabung semua.
Iseng-iseng saya pernah ngobrol sama tetangga, doi ibu rumah tangga yang full jaga anak. Si ibu ini suka cerita tentang keluarganya, meskipun saya nggak nanya, hahaha. Kalau dilihat-lihat dia sering banget beli perabot rumah tangga, ya lemarilah, kasurlah, sofa, dan terakhir kanopi rumah.
Si ibu lanjut cerita bahwa dia punya ibu mertua yang sangat baik. Mertuanya ini hanya punya 1 anak (suami tetangga saya itu) dan ibunya adalah single parents yang bekerja sebagai PNS. Ternyata semua barang-barang perabotan itu yang beliin mertuanya di kampung. Wajarlah namanya juga udah nggak ada tanggungan, jadi untuk menyenangkan anak dan menantunya, beliau sering kasih hadiah dan uang untuk mempercantik rumah.
Satu lagi cerita, si C sering banget jalan-jalan ke luar negeri dan semua biayanya emang ditanggung sama papa mertuanya. Maklum si mertua punya jabatan tinggi di pemerintahan Indonesia. Nggak usah saya sebutlah di mana kerjanya, yang jelas emang tajir banget tujuh turunan, hahaha.
Setelah melihat dan mendengar cerita-cerita dari teman tersebut saya langsung berpikir.
“Bersyukurlah kalian wahai yang punya mertua baik dan kaya raya” hahaha.
Baca juga: Bersyukur
Kenapa begitu?
Ya karena ada mertua baik tapi kehidupan biasa aja. Yang emang udah ngelepas anaknya dengan kehidupan rumah tangga masing-masing. Boro-boro buat nyenengin anak dan menantunya, buat bisa makan sehari-hari saja sudah lebih dari cukup. Belum lagi yang memang mertua nggak ada kerja dan masih hidup bersama sang anak.
Tapi di sisi lain, “Bersyukurlah kalian yang berkehidupan tanpa embel-embel mertua” hahaha.
Eh gimana sih?
Mertua baik dan nggak baik, otoriter atau nggak, ikut campur or cuek bebek, semua patut disyukuri. Toh kita bisa jadi seperti ini juga karena jasa mama papa kita kan?
Ada anak yang emang dari sononya terlahir kaya raya, orang tuanya punya usaha yang duitnya ngalir terus. Di sisi lain memang enak, tapi kita enggak tahu misal selama ini kehidupannya disetir sama orang tua kan?
Ada anak yang kaya, orang tuanya suka memberi, tapi dia bisa independen dalam bertindak. Ya ini sih TERBAIQUE ya kalau kata orang sekarang. Calon suami idamanlah pokoknya. Tapi ada berapa banyak orang yang seperti ini?
Ada juga anak yang kaya raya padahal orang tuanya biasa aja. Dia berhasil mengembangkan bisnis dan karirnya, bahkan menyejahterakan keluarganya. Dia nggak lupa asal usulnya, tetap patuh dengan orang tua tapi harmonis rumah tangga dengan istri anaknya. Ini sih SUPER TERBAIQUE, hahaha.
Ada anak yang hidupnya biasa, padahal orang tua kaya. Tapi masih bisa hidup sejahtera dengan keluarga kecilnya.
Ada pula anak biasa, orang tua biasa, hidup juga biasa. Ada banyak.
Jadi postingan panjang ini intinya apa?
Yang masih dibantu secara finansial oleh mertua ya berterima kasihlah, bersyukurlah, dan siap juga kalau setiap keputusan yang akan kita ambil ujung-ujungnya orang tua ikut andil.
Yang berdiri di kaki sendiri tanpa bantuan materi dari mertua ya berterima kasihlah, bersyukurlah, dan siap juga kalau harus tertatih-tatih menghadapi perekonomian rumah tangga.
Karena mertua kaya raya nggak jaminan hidup selalu bahagia kan? Bisa jadi tertekan karena apa-apa kok mertua ikut campur. Tapi ada juga sebaliknya, mertuanya baik suka dan memberi tapi nggak ganggu kehidupan anak dan menantunya. Ada banyak juga.
Bagaimana menurut kalian?
Bagaimana menurut kalian?
Salam,
@meifariwis
Mau mertua kaya atau biasa, mau yang perhatian atau biasa, mau yang galak atau biasa, kita harus bersyukur punya mertua. Soalnya kalau kita nggak ada mertua, suami kita darimana???? HAHAHAHAHA
BalasHapusHahahaha betul
BalasHapusKalo aku, dari awal nikah, berdua ama raka udh sepakat, kita hrs bisa mandiri dan ga mau seatap ama ortu. Mnding pisah deh. Alhamdulillah masing2 ortu bisa trima. Cm dr pihak mertua berkeras ngasih salah satu rumah mereka utk kado nikah. Ya sudlah, kita trima :p. Walopun renovasinya full dr kita biayanya. Bersyukur banget, setidaknya kita ga hrs nyicil utk punya rumah :D. Apapun yg didapat ya disyukuri :)
BalasHapusYang penting bersyukur ya mbak.. mungkin ditambahin mbak, buat yg belum menikah, selain berdoa dapet suami terbaik berdoa juga dapet mertua baique ��
BalasHapussetuju komennya mba Ayu pda banyakin doa dapt suami dan keluarga suami yag baik ada mertua baik tapi iparnya sengklek wkwkwk *ojo curhat yo
BalasHapusApapun keadaannya, pasti akan selalu ada sisi baik dan sisi buruknya. Apapun yg didapat, satu2nya jalan ya belajar menerima dan bersyukur saja. Iya, itu satu2nya jalan. Karena kalau tidak, bisa2 kita stess tiap hari hihihi...
BalasHapus