Minggu ini adalah minggu yang lumayan berat di sekolah. Anak-anak kelas 1-6 SD sedang menjalankan Mid Test semester 1. Tentu tugas guru akan semakin banyak. Selain mengatur jam kepulangan siswa dan mengawas ujian, guru bakalan dihadapkan dengan setumpuk koreksian.
Ya iyalah ya, setelah anak-anak menyelesaikan soal ujian maka mengoreksi lembar jawaban adalah tugas guru yang selanjutnya. Belum lagi input nilai anak-anak ke buku nilai dan komputer. Nggak perlu saya jelaskan detailnya, yang jelas tugas guru akan jadi banyak banget.
Buat ibu bekerja seperti saya tentu harus ekstra jaga kesehatan. Ya gimana lagi, ada 2 prioritas yang harus selalu saya jaga, KELUARGA dan SEKOLAH. Jadinya sebisa mungkin saya atur pola hidup seimbang, meski tanpa olahraga hahaha (emang ada gitu hidup seimbang tanpa olahraga? Mimpi kali ye)
Baca juga: Ketika saya sakit
Kalau kitanya sehat tapi anak sakit bagaimana? Duh, ini benaran jadi dilema deh. Kalau sakitnya tidak terlalu parah kadang bisa jadi drama di pagi hari, tapi kalau sakitnya udah perlu penanganan serius masa iya dibiarin begitu aja? Nggak kan?
Kemarin Kenzo sempat sakit demam, padahal saya ada tugas mengawas di sekolah. Galau dong ya, tapi tentu saya tetap memilih menjaga Kenzo di rumah. Setidaknya menunggu sampai demamnya reda terlebih dahulu. Bukannya menomorduakan sekolah, tapi yang namanya anak sakit tetap nggak bisa ditawar-tawar.
Alhamdulillahnya demam Kenzo cepat turun jadi hari berikutnya saya bisa masuk kerja lagi. Tapiiiii... yang bikin saya sedih, ada dua anak teman saya yang masuk rumah sakit. Ya Allah kok ya bisa barengan gitu sakitnya.
Efek kalau anak terkena sakit itu banyak banget, apalagi buat working mom seperti kami. Contohnya:
😵 Nggak bisa fokus
Ya iyalah bakal terpecah konsentrasinya, meski sedang kerja tapi saya yakin pikiran tetap pada si buah hati.
😵 Nggak nafsu makan
Ini sering banget terjadi pada diri saya, plis jangan dicontoh ya. Kalau anak sakit biasanya saya akan sibuk ngurusin Kenzo sampai lupa makan. Untung nggak keterusan hadewwww.
😵 Perkerjaan rumah terbengkalai
Jangankan mikirin rumah, cucian kotor dan setrikaan udah nggak bakal digubris. Untungnya suami saya mau bantu.
Saya sih paham betul ya dengan apa yang dirasakan oleh kedua teman saya tersebut. Pasti sedih banget lihat anak harus diinfus di rumah sakit. Pokoknya akan jadi momok menakutkan jika berada di posisi "Kerjaan sedang banyak-banyaknya tapi anak sakit” aaaaaakkkk!
Emak-emak jadi resah, di sisi lain anak harus dijaga, di sisi lainnya kerjaan menanti. Kalau sudah begini apa yang harus dilakukan? Kalau bagi saya anak tetap nomor 1, lalu lanjut urus kerjaan sesuai dengan hak dan kewajiban. Maksudnya bagaimana? Sini-sini kita cari solusi.
📌 Izin kepada atasan
Berhubung saya kerja di lingkungan pendidikan, tentu atasan saya adalah kepala sekolah dan head of school. Jadi jika anak saya sakit tentu saya langsung menghubungi petinggi-petinggi sekolah untuk mencarikan guru pengganti.
📌 Bekerja jarak jauh
Banyak teman saya yang meskipun tidak masuk kerja karena anak sakit tapi tetap melakukan pekerjaan di rumah. Misalnya tetap kirim email jawaban ujian anak, info di grup whatsapp, dan memberi tahu materi lewat telepon. Biasanya saya juga lakukan itu jika benar-benar urgent.
📌 Kerja sama tim
Kalau di sekolah ada yang namanya guru serumpun, maksudnya guru yang ngajar berbahasa Indonesia bisa minta tolong ke guru BI lainnya. Yang serumpun dengan bahasa Inggris juga demikian. Science, IPS, Pkn juga begitu. Jadi misal saya nggak masuk nih, saya akan minta tolong guru BI lainnya untuk menggantikan saya.
📌 Suami ikut bantu
Namanya anak sakit, suami istri harus ada kerja sama. Kadang saya yang nggak masuk, kadang suami yang izin pulang cepat. Intinya merawat anak harus dilakukan sama-sama. Supaya saya juga bisa fokus ngurusnya, baik anak maupun kerjaan di sekolah.
Menjadi profesional itu penting, tapi menjadi ibu siap siaga itu juga mulia. Intinya, kalau anak saya sakit buru-buru deh info ke atasan supaya bisa menghandle kelas yang saya tinggal.
Ya, saya masih punya tanggung jawab 21 murid di sekolah. Kalau saya nggak masuk setidaknya ada guru pengganti dan yang mengawasi anak kelas 1.
Cerita ini dari sudut pandang saya sebagai seorang guru ya. Saya yakin di sisi working mom lainnya akan sama saja. Tetap utamakan prioritas tanpa meninggalkan hak dan kewajiban. Setuju?
Sehat-sehat ya buat kita semua supaya bisa menebar kebaikan. Amin
Salam,
@MEIFARIWIS
Aku kemarin baca post temen blogger, tentang persiapan menikah untuk calon istri TNI. Dan di situ syaratnya bikin nyesek. Huhu... nomor satu tetap negara. Keluarga nomor 2. Luar biasa pengorbanannya, ya... siapapun yang sakit segera sembuh ya...
BalasHapus