Asssalamu'alaikum :)
Halooo.. tahu
gak tanggal 28 Oktober itu hari apa??? Yap, betul! Hari Sumpah Pemuda dan juga Hari
Perserikatan Bangsa – Bangsa (United Nation), jadi saya akan share tulisan mengenai kegiatan
pemuda-pemudi generasi penerus bangsa (halah). Siapa lagi kalau bukan
murid-murid saya??? Hahaha.
Beberapa hari
yang lalu, sekolah saya mengadakan Open House tahun ke 10 (wuuuih gak terasa ya
udah lama). Seperti biasa sekolah pasti menampilkan hal-hal yang all out to the max, tak lain dan tak
bukan supaya banyak parents yang
tertarik menyekolahkan anakknya di sana, wajarlah ya namanya juga sekolah
swasta.
Kegiatan ini
tidak hanya mengenalkan sekolah ke luar, tapi juga mengajari anak untuk saling
menghargai perbedaan. Sebagai sekolah universal yang mempunyai banyak agama,
suku, ras, dan budaya maka di hari PBB itu juga sekolah melakukan berbagai
pertunjukan dari negara-negara lain. Apalagi murid-murid Charis Global banyak
yang dari Korea, Jepang, Cina, Malaysia, bahkan India.
Baca juga: Grand Opening Charis Global
Sebenarnya acara
kali ini hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ada bazar, perform
anak-anak, kunjungan ke kelas-kelas, dan mempresentasikan negara-negara
tetangga dalam tiap kelas. Bedanya, tahun ini bagian SD tidak ikut andil dalam
penyelenggaraan UN Day, gak sempetlah dekor-dekor kelas seperti dulu lagi.
Enaknya kalau
ada perayaan begini, banyak sekali makanan yang dijajakan oleh orang tua murid.
Meskipun harganya mahal tapi tetap saja banyak yang membeli makanannya,
termasuk saya. Gimana mau diet kalau ada jajanan dan cemilan di sekolah,
huaaaa tapi tak apa, setahun sekali ini kok :p
***
Seluruh bagian
kelas Nursery dan Kindergarten dihias sedemikian rupa berdasarkan pilihan
negara masing-masing. Ada yang memilih negara Amerika, Italia, Belanda, atau
Korea. Intinya sih satu “Ingin Mewujudkan Keselarasan dalam Keberagaman”.
Selain menghias
kelas, ada berbagai pertunjukan yang dibawakan oleh anak-anak mulai dari N1
sampai dengan anak-anak SMP. Mereka menyanyi dan menari menggunakan bahasa dari
negara lain.
Meskipun tahun
ini tidak banyak berperan tapi setidaknya anak didikku kelas 6 bisa menampilkan
sebuah dance cover buat merayakan UN
Day kali ini. Saya sih senang-senang saja, toh mereka dance latihan sendiri tanpa perlu saya koordinasi, ya maklumlah kan
udah gede cyin :p
Dari sekian
banyak kegiatan UN Day ini ada beberapa hal yang ingin sekali saya soroti:
Pertama,
Guru-gurunya
kreatif
Menjadi seorang
guru memang tidak mudah, selain harus bisa mengajar anak didik dengan baik
mereka juga harus punya kreatifitas. Contohnya, bisa menari, bisa menyanyi,
bisa mendesain pembelajaran, bisa art and craft, dan bisa hadapi parents.
Kedua,
Berbeda tapi
satu
Seperti yang
sudah saya jelaskan di atas, sekolah kami ini beragam sekali orang-orangnya.
Mau cari orang Jawa? Ada, banyak, saya salah satunya. Orang Sunda? Ada. Orang
Kristen, Katholik, Buddha, Islam? Ada semua dan kami hidup rukun. Gak pernah
sekalipun mencela keyakinan orang lain, bahkan setiap perayaan hari besar
keagamaan pasti akan dirayakan oleh guru dan murid yang bersangkutan.
Baca juga:
Manfaat kegiatan ibadah di sekolah
Ketiga,
Anak-anak yang
multitalenta
Pernah baca
tentang Multiple Intellegence? Itu lho tentang 7 bakat anak yang beda-beda. Ada
yang jago musik, pintar di Matematika, sayang lingkungan, pandai
bersosialisasi, dan lain sebagainya. Setiap anak memang memiliki kecerdasan
yang berbeda-beda. Di sini saya melihat ada banyak talenta yang dimiliki
anak-anak. Saya bangga dengan mereka karena masih kecil sudah bisa bahasa
Inggris, berani tampil menyanyi di depan umum, bisa menggambar, bisa menari,
dan lain-lainnya. Anak zaman sekarang mah keren-keren (tapi zaman dulu juga
keren ding).
Baca juga:
Multiple Intellegence #BedaAnakBedaPintar
Keempat,
Orang tua murid
yang kooperatif
Dulu saya pernah
membahas tentang suka duka menjadi seorang guru, salah satu poinnya membahas
tentang hubungan antara guru dan orang tua siswa. Nah di UN Day ini saya juga
melihat beberapa orang tua yang memang kooperatif dengan sekolah. Mereka datang
menyaksikan anaknya tampil, mereka berjualan di sekolah, dan ikut meramaikan
acara sekolah. Hal seperti itulah yang sangat saya harapkan, jadi ada relasi
yang cukup baik antar guru dan orang tua siswa, tidak hanya melulu soal
komplain ini dan itu.
Baca juga:
Catatan Hati Seorang Guru
Sumpah Pemuda
kemarin sekolah teman-teman ngapain? Apakah ikut merayakannya juga?
Salam,
@meifariwis
Seragam gurunya unik, beda dari sekolah pada umumnya, ah jadi pend daftar jadi guru swasta deee hihi
BalasHapusIya daftar aja hehehee
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusSemarak sekali kegiatannya itu. Salah satu sekolah unggulan ya mba???
BalasHapusIya mas benar
Hapuswah seru euy kegiatannya. Kalo di sekolah anakku, ngadain Market Day. Yang jualan hanya boleh anak-anaknya dan barang yang dijual dibatasi harganya sampai 10 ribu rupiah. Tiap anak yang gak ikut jualan boleh jadi pembeli dengan membawa uang saku dari rumah maksimal 20rb. Kegiatan jualan cuma boleh dibantu guru2 di sekolah, ortu gak boleh ikutan samasekali karena biar anaknya pada mandiri. Ini kegiatan pas acara Gema Muharram (menyambut thn baru islam). salam kenal ya mbak :) selelau seneng baca blog para ibu guru, terutama baca cerita seputar aktivitas ngajarnya....
BalasHapusIya ini juga ada market daynya juga mba tapi khusus yang SMP hehehe
HapusKeren jug sekolahannya mbak.
Salam kenal juga yaaa makasih sudah mampir
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Hapusenak ya kalau ngajar di sekolah swasta, apalagi muridnya beda beda ras dan negara. udah berapa bahasa yang dikuasai mba ? hhe
BalasHapusWah ngiri liat photonya unik2 banget... pengen banget deh rasanya balik lagi jadi bocah seperti mereka...
BalasHapusLiat potonya aja kirain aku tu diluar negri mbak.. taunya itu international school toh...
Asik ya liat bocah dari berbagai ras..
ini yang saya salut dengan sekolah swasta. disamping orang tua yang pro aktif, guru2nya juga dituntut selalu inovatif kan ya......beda sama negeri
BalasHapusBiasanya sekolah swasta itu menjurus ke satu agama tertentu, kalau pun umum.. biasanya sekolah swasta buangan yg isinya anak nakal gak keurus. Tapi sekolahnya mbak Mei keren banget euy, gak ada minoritas mayoritas, kegiatannya juga seru-seru. Guru-gurunya apalagi.
BalasHapusBtw, itu siapa ya yang wajahnya ditutupin emoticon? Haha
menarik ya? saya suka sekolah yang mengajarkan multiculturalism kepada anak-anaknya, karena pas sudah besar mereka jadi terbiasa dengan perbedaan.
BalasHapussaya suka sedih liat sekolah yang kadang pure mengejar kepandaian akademis tanpa membekali anak-anak didiknya dengan pendidikan softskill yang memadai, but this one is good!
Bagus mbak sekolahnya. Banyak kegiatan positif nya buat kecerdasan dan motorik anak...
BalasHapusKelebihan sekolah swasta ya gitu ya..ada rupa ada harga...
Wah, seru ya acaranya. Apalagi sekolahnya multi kultural begitu salut mbak. Aku pengin juga ngajar di sekolah kayak gitu. Asyik kayaknya. Kalo sekolah swasta biasanya lebih dominan ke suatu agama tertentu atau etnis tertentu. Terus Kalo pun ada campuran ya seperti yang disebut mbak Meriska Putri W, biasanya isinya anak nakal atau buangan. Top deh sekolahnya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus