***
“Pokoknya kamu tidak boleh keluar
sama teman-temanmu yang cowok….!” Bentak Hendra sambil menggebrak meja.
Aku yang kaget hanya bisa berdiam diri
karena malas menanggapi Hendra yang sedang marah. Sejak awal berpacaran aku
tidak pernah menaruh curiga sedikitpun padanya. Hendra yang aku kenal dulu
adalah sosok lelaki yang baik hati dan sangat perhatian.
***
Perjumpaanku dulu memang sangat
singkat. Kami berada dalam satu komunitas di kampus. Aku adalah mahasiswi baru
yang mengikuti kegiatan karate untuk mengisi waktu luang. Sedangkan Hendra
merupakan seniorku yang lumayan terkenal. Penampilannya memang biasa saja, tapi
sikapnya yang sopan membuatku simpati kepadanya.
Beberapa bulan setelah pertemuan itu
akhirnya Hendra memberanikan diri untuk mendekatiku. Dia sering mengantarku
berangkat ke kampus, dia sering mengajakku jalan-jalan dan makan bersama.
Sebenarnya aku tidak suka padanya, aku lebih menaruh sikap menghormati daripada
mencintai. Tapi lambat laun benih-benih cinta ini tumbuh seiring berjalannya
waktu. Teman-teman sekomunitas juga sudah menyarankan kami untuk jadian sebagai
sepasang kekasih.
Hingga suatu hari, saat selesai makan
malam Hendra mengajakku jalan-jalan sambil menikmati indahnya bintang
bertaburan di langit yang cerah. Aku sudah mulai curiga saat dia membawa sebuah
gitar. Kalau niatnya jalan-jalan kenapa dia mesti membawa gitar pikirku. Akh
tapi sudahlah aku tidak begitu menghiraukannya waktu itu.
“Me, kita berhenti dulu di sini
ya...” kata dia padaku.
“Lho kok ke toko bunga? Kita mau
ngapain?” tanyaku semakin penasaran.
“Sudah, ikut saja denganku” ajak
Hendra sambil menggandeng tanganku untuk masuk ke toko bunga.
Dia mulai memilih-milih bunga,
sedangkan aku hanya duduk sambil melihat bunga yang berada di sekelilingku.
Hendra mengambil bunga mawar warna
merah lalu diselipkan di saku jaketnya. Kemudian dia mulai memainkan gitar dan
menyanyikan sebuah lagu milik Andra and The Backbone berjudul Sempurna. Aku
tertawa sekaligus terkejut dengan apa yang dilakukan Hendra malam itu.
Disaksikan oleh mas-mas penjual bunga, dia menembakku. Hendra memintaku untuk
menjadi kekasihnya. Diulurkannya bunga mawar merah yang sudah dia beli tadi
untukku. Aku bingung tak bisa berkata apa-apa. Ternyata Hendra sangat romantis,
tanpa pikir panjang aku mengiyakan permintaan Hendra karena aku memang memiliki
perasaan yang sama dengannya. Semenjak itu kami resmi sebagai pasangan kekasih.
Hari-hariku begitu sangat berwarna.
Hendra yang terkenal sangat baik selalu memberiku perhatian, selalu mengingatkanku
untuk makan, memberiku motivasi dan semangat untuk kuliah serta selalu memberiku
kejutan-kejutan kecil. Aku sangat menyayangi dia dan berharap kelak dia menjadi
bagian hidupku untuk yang terakhir.
Kami berpacara kurang lebih satu
tahun, hubungan kami sangat baik tanpa ada masalah berat yang menghampiri.
Sampai suatu ketika peristiwa itu terjadi. Aku adalah tipe orang yang suka
mengikuti berbagai komunitas, temanku pun banyak, baik itu laki-laki maupun
perempuan. Dari sinilah sifat asli Hendra kelihatan. Dia mulai over protective padaku, selalu mengecek sms
di hapeku, selalu menanyakan keberadaanku. Sedang apa diriku dan dengan siapa
diriku. Lama-lama Hendra mirip sama lagunya Kangen Band berjudul Yolanda dengan
liriknya yang fenomenal “Kamu dimana,
dengan siapa, semalam berbuat apa?”.
Sifat Hendra itulah yang membuatku
semakin risih dan tidak nyaman. Hubungan kami lama-lama memburuk semenjak dia
melarangku berhubungan dengan teman-temanku yang laki-laki. Dia mulai
memilih-milih teman mana yang bisa aku ajak bermain. Padahal aku tidak pernah
melarangnya untuk berteman dengan siapapun, termasuk temannya yang perempuan.
Aku sadar Hendra sangat menyayangiku, dia teramat takut kehilanganku. Tapi cara
dia mengatur dan membelengguku itu yang tidak baik dan membuatku semakin kesal.
Aku punya hak untuk berteman dengan siapapun.
***
“Kenapa kamu terlalu mengekangku
Hendra? Katanya sayang padaku?” tanyaku memburu.
“Justru karena aku sayang padamulah
kenapa aku berbuat demikian, aku tidak mau kamu terlalu dekat dengan temanmu
yang cowok. Aku takut kamu lupa padaku karena terlalu asyik dengan mereka. Aku
mau kau menjadi milikku seutuhnya Me” terangnya.
“Apa? Itukah caramu menyayangiku?
Dulu kamu tidak seperti ini, kau memang perhatian tapi tidak mengekangku. Sekarang
lihat apa yang telah kau perbuat? Hubungan kita sudah tidak sehat jika kau terus
menerus melarangku berteman dengan sahabat-sahabatku” kataku meminta keadilan
padanya.
Hendra justru semakin gusar
melampiaskan kemarahannya pada buku-buku yang ada di atas meja. Dia mulai marah
dan membentakku. Dulu dia tidak seperti itu tapi kenapa sekarang sifatnya
berubah drastis?. Aku tak habis pikir apakah hubunganku kali ini layak
dipertahankan atau tidak.
“Kita tidak usah bertemu dulu untuk
beberapa waktu. Biarkan pikiran kita sama-sama tenang”. Lalu aku meminta dia
untuk mengantarkanku pulang.
Beberapa hari tanpa kabar dari Hendra
rasanya begitu sepi, tak ada lagi yang menelpon dan menanyakan kegiatanku.
Mungkin masa intropeksi diri ini harus segera aku sudahi. Langsung aku
mengambil handphoneku dan sms Hendra. Aku mengajak dia bertemu pada malam
harinya untuk membahas hubungan kami.
Siang harinya sepulang dari kuliah
aku pergi ke mall bersama teman-teman kampusku berencana untuk menonton film di
bioskop. Kami pergi naik motor berboncengan untuk menghemat bensin. Sesampai di
mall kami foto-foto terlebih dahulu sambil menikmati makanan ringan yang
sengaja kami beli. Dari kejauhan aku melihat sosok Hendra sedang berjalan
gandengan tangan dengan seorang cewek. Mungkin mataku sedang buram, pasti itu
bukan Hendra. Lalu aku tanya teman-temanku apakah orang yang sedang berjalan
berduaan itu Hendra atau bukan. Aku sangat syok ketika temanku ikut
meyakinkanku bahwa dia memanglah Hendra, kekasihku. Lalu sedang apa dirinya
dengan cewek itu? Kenapa mereka terlihat begitu sangat mesra?
Pikiranku sudah kacau, selesai
menonton film aku buru-buru pulang. Aku menangis sejadi-jadinya, tak ku sangka
Hendra yang begitu aku sayangi tega mengkhianatiku. Padahal aku sudah akan
memaafkannya tapi apa yang dia lakukan padaku sudah di luar kewajaran. Aku
tertatih menahan perihnya hati ini. Aku sangat kecewa padanya, ternyata alasan
dia selama ini mengekangku tak lain karena dia memang ingin putus dariku hingga
dia tega bermesraan dengan perempuan lain. Cinta yang selama ini aku anggap
tulus ternyata palsu. Ya, aku termakan oleh kepalsuan cinta seorang Hendra.
Sesuai janji yang kami sepakati Hendra
datang ke kosku pada malam harinya. Aku yang sudah sedari tadi berpikir
matang-matang langsung melabraknya dan meminta putus saat itu juga. Aku tidak
mau mendengar pejelasan darinya lagi. Bagiku kenyataan tadi siang sudah cukup
memberikan bukti. Ya, kami akhirnya putus. Aku menjadi sangat benci dengan
sosok Hendra, dan semenjak malam itu kuputuskan untuk lost contact dengannya.
---***----
PS: Cerpen ini mungkin terlalu lebay, maklum baru tahap belajar, hahaha. Tulisan ini juga pernah aku kirimkan untuk sebuah lomba menulis, tapi tidak tahu kelanjutannya. Kritik dan saran sangat aku perlukan. Terima kasih :) :) :)
Salam,
Ga enak di kekang mending putusin ya :)
BalasHapusudah putus mb, hahaha
Hapusteknik menulisnya udah bagus dan rapi. Tinggal coba-coba lagi untuk memasukkan setting biar jadi lebih kuat lagi.
BalasHapusTapi untul cerpen its okey.. :) Konfliknya kurang greget, tapi kamu sepertinya punya kelebihan untuk mnceritakan sesuatu tidak berbelit-belit. Jdi pembacanya itu nggak susah memahami ceritamu.
noce, Mei ;) teruskan dan terus menulissss...
Makasih ya Vin sarannya sangat mendukung banget. Ini sengaja aku buat singkat karena dulu syaratnya harus berapa halaman gitu hahaha
Hapussiaaap
lumayan, alur cerita dan bahasanya bagus. tema cerita juga ringan, cocok dibaca untuk kalangan apa saja. ditunggu kisah selanjutnya ya...
BalasHapusAlhamdulillah kalau ada yg suka, makasih ya. Maih perlu banyak belajar lagi aku nya :)
HapusIni nggak lebay kok mungkin agak kaku aja dialognya.
BalasHapusbtw, cowok emang gitu kok. Kalau ada maunya pasti baik sama cewek. Dikekang memang nggak enak, jadikan aja pelajaran untuk hubungan baru.
Wah kaku ya? hahahha
HapusPertanyaannya, apakah semua cowok seperti itu? hmmmm
yup semua bakalan dijadikan pelajaran, terutama buat para cewek2
Wah kaku ya? hahahha
HapusPertanyaannya, apakah semua cowok seperti itu? hmmmm
yup semua bakalan dijadikan pelajaran, terutama buat para cewek2
Aku bukan pengamat cerpen, masih belajar tapi udah bagus kok. Mungkin harus sering menulis
BalasHapusMungkin hendra overprotektif biar gk ketahuan selingkuh, makanya sok mengekang gtu. Lagian kalo udah gak nyaman lebih baik diputusin
Iya makanya judulnya agak lebay "kepalsuan cinta" hahaha
HapusTapi emang harus berkaca mata dari sikap Hendra juga sih, jangan sampai ada kejadian serupa
bagus sih cerpennya...
BalasHapusitu emang kampret banget cowok macam hendra. hakimi pakai buldoser....
gaul juga ya mahasiswi ini, ikut karate :)
Waduh kasian banget pakai buldoser hadew
Hapuswaalaikumsalam Kak Mei, gimana nih kabarnya? sehat? hehe
BalasHapusbaguusss Kak ceritanya, gak bakal nyangka kalo ternyata endingnya si hendra nya tega seperti itu, padahal kan dia dulu sewaktu nembaknya romantis banget, eh kenapa malah menghianati ceweknya..
melihat sifat Hendra jadi malah berkaca sama diriku sendiri kak hehe. soalnya dulu aku juga over protektif banget ke pacar. tapi meskipun begitu, aku nggak sebusuk Hendra sih yang tega menghianati pacarnya sendiri hehe.
oh iya kalo boleh saran, mungkin bisa diberikan sedikit keterangan fisik tentang Hendra dan tokoh 'aku' nya. kan disitu kalo aku lihat cuman keterangan sifat doang, hehe makasih :)
Alhamdulillah sehat.
HapusMungkin itu modus Hendra untuk menutupi kejelekannya.
Jiaaah ternyata kamu juga kayak Hendra ya? Lain kali jangan gitu ya Za, gak baik hehehe
Yup insyaallah besok kalau buat cerpen lagi ya
Gue bingung mau ngomong apa wkwk, ini kaya nampar ke diri gue sendiri, sambil ketawa jahat, kalo dulu gue pernah kaya gini -_- astaga haha.. kadang emang gitu, cowok gamau ceweknya berhubungan dengan cowok manapun dengan alasan cemburu/sayang/takutkehilangan, marah duluan adalah senjata utama buat menutupi kesalahan yang sebenernya dia lakuin :3 wkwk *jamsmabanget *labil haha..
BalasHapusJdi kamu pernah melakukan hal sama seperti Hendra, oh my god.. sini sini aku siram pakai air hahahha
HapusMudah2an sih gak semua cowok seperti itu, ngerieeeeeewww
ehm.. HENDRA brubah ya semenjak pacaran?
BalasHapusitu tanda kaalu dia gak siap jadi seorang pacar.
Bahkan orang yang populer sekali bisa buta oleh cinta, iya dia adalah Hendra salah satunya.
BAKAR SAJA HENDRA!!! BAKAR!!!
Mungkin, dia mah sebenarnya gitu, hahahhaa
HapusBaiklah bajar bakar bakaaaaarrrrrrr,, iiih jahat ya
Waalaikumsalam Kak Mei :D
BalasHapusAku suka konfliknya, konflik ini emang sering terjadi. Dan kayaknya bisa membuat sadar buat orang yang terlalu mengekang. Itu enggak baik buat sebuah hubungan. Boleh sih cemburu, tapi ya jangan ngelarang gitu. Kalo cemburu bilang aja, nanti biar dijelasin dan bilang yang penting jangan berlebihan. Intinya harus percaya.
Aku juga kalo pacaran enggak ngelarang pasanganku buat berteman dengan siapa aja. Yah walaupun kadang ngerasa cemburu sih. Tapi kalo dipikir aku juga masih sering temenan sama cewek-cewek, kadang malah keluar bareng. Ya kita impas, hahahahaha.
Buat kritik dan sarannya aku nggak bisa ngasih, soalnya aku nggak pandai buat cerita juga. Aku cuma ngerasa ini ceritanya udah bagus. Eh mau nambahin dikit, kalo ditambahi penjelasan dari Hendra siapa yang diajak jalan itu kayaknya asik :D
HapusNanti kalau aku tambahin Hendra jalan sama siapa bukan cerpen lagi, tapi ntar jadi novel hahahaha
HapusBtw makasih ya sarannya. Over all sih kita mesti belajar banyak hal dari cerpen di atas, hehehe
bagus ko cerpennya, mungkin keberuntungannya belum ada dipihak mba :)
BalasHapusmakasih :)
Hapusserasa di penjara kalo di kekang terus :( lebih baik udahan saja heheh
BalasHapusIya udahan kok, lagian ini cuma cerpen, tapi bisa dijadiin pelajaran juga
HapusAku suka namamu. Hihi. Sering banget tokoh ceritaku selalu dengan nama Mei. Bahkan yang terbaru pun masuk nama Mei. Haha.
BalasHapusHem, ini kisah nyata yak? Aku suka ceritanya. Rapih kok. Cuma kurang greget sebagai cerita. Apa mungkin karena terlalu sering diangkat ya? Ah tapi tetap menulis sajalah... :)
Terus gimana? sudah move on kan yak?
Hahhahaa makasih lho, aku juga suka namaku, hehe
HapusIni cerpen, setengah nyata setengah fiksi, uppps
udah move on dongssss :)